KISAH SONDONG MAKERTI - SONDONG MAJERUK ( II )

  • Nov 26, 2019
  • wedarijaksa
  • SENI DAN KEBUDAYAAN

Sondong Makerti dan Sondong Majeruk, keduanya adalah ahli perang yang sangat disegani. Ketika masih muda pernah menimba ilmu pada guru yang sama atau disebut tunggal seperguruan. Mereka berdua ibarat saudara kembar. Apabila menyatu antara Makerti dan Majeruk akan memunculkan kesaktian yang luar biasa sehingga sulit ditandingi. Setelah keduanya dinyatakan lulus dalam menuntut ilmu,  sang guru berpesan bahwa Sondong Majeruk boleh menghisap candu namun tidak boieh memiliki isteri lebih dari satu dan Sondong Makerti boleh memiliki istri lebih dari satu namun tidak boleh menghisap candu. Apabila pesan tersebut dilanggar maka ilmu kesaktian yang sudah dimlliki akan luntur  dan hilang sama sekali. Sang guru memberi amanat terhadap kedua muridnya untuk bisa menjadi manusia yang berguna dengan syarat hati harus selalu bersih. Sondong Makerti menetap di Wedari wilayah Majasemi Kadipaten Carangsoka. Makerti terpilih menjadi prajurit handal dan diberi kepercayaan menjaga keamanan di wilayah Majasemi.  Setiap ada persoalan gangguan keamanan, Makerti yang bertanggung jawab. Mulai dari pencurian, perampokan, pembunuhan, dan perselisihan antar daerah. Pada rapat tertutup yang membahas hilangnya pusaka Keris Rambut Pinutung dan Kuluk Kanigara, Sondong Makerti menyampaikan pendapat bahwa penanganan kasus pencurian harus ditangani secara hati-hati dan  strategi pencarian jangan sampai bocor. Raden Sukmayana bisa memahami dan menerima pendapat yang sangat masuk akal itu. Bahkan, Sondong Makerti didaulat menjadi ketua penanganan kasus pencurian hingga diketemukan kembali Pusaka Rambut Pinutung dan Kuluk Kanigara. Sondong Makerti dalam mengemban tugas berat ini harus hati-hati. Langkah pertama adalah melakukan penyelidikan guna menemukan bukti, saksi  dan pelaku. Dengan memegang  prinsip tidak berprasangka buruk lebih dulu. Sondong Makerti tenngat teman seperguruannya yaitu Sondong Majeruk yang akan dimintai bantuannya. Sesama jawara  saling tukar informasi adalah hal yang biasa. Pagi-pagi benar Sondong Makerti menemui teman seperguruannya itu di Kemaguhan. Sondong Majeruk menetap di Majeruk di  wilayah Kemaguhan Kadipaten Paranggaruda. Sondong  Majeruk juga  mendapat kepercayaan untuk menjaga keamanan di wilayah Kemaguhan  sehingga apabiia  terjadi gangguan  keamanan yang Sondong Majeruk yang bertanggung jawab. Sondong Makerti berangkat menunju Majeruk nenunggang Sapi Gumarang.   Sapi  ini sangat handal karena bisa beejalan cepat sehingga menjadi tunegangan kesayangan. Saat  itu Sapi Gumarang sedang kurang sehat. Namun karena penting tugas Sapi Gumarang  tetap menjalankan perintah menuju Majeruk Kemaguhan.  Dalam waktu  semalam Sondong Makerti  sudah memasuki  wilalyah Majeruk. Sondong Majeruk setelah berhasil mencuri pusaka Keris Rambut Pinutung dan Kuluk Kanigara  tidak segera diserahkan kepada Yuyurumpung yang menyuruhnya, melainkan disimpan  dulu di dalam rumahnya.  Sondong Majeruk bimbang untuk memilih antara menerima hadiah besar  atau menjadi raja. Belum  sempat menentukan pilihan Sondong Majeruk, datanglah Sondong Makerti dari Majasemi. Sondong Majeruk mempersilakan tamunya untuk menunggu sebentar. Hatinya mulai was-was, setegar apapun yang namanya orang salah pasti grogi. Sondong Makerti belum sempat bertanya dan menyampaikan maksud kedatangannya, Sondong Majeruk menjelaskan bahwa dirinya tidak tahu menahu mengenai hilangnya pusaka Keris Rarnbut Pinutung dan Kuluk Kanigara. Mendengar penjelasan tersebut, Sondong Makerti sangat terkejut. Mengapa Sondong Majeruk mengetahui kalau pusaka andalan Majasemi hilang. Dengan naluri tajam Makerti yakin pencurinya tidak jauh, karena itu barang bukti harus ditemukan. Tanpa komentar, rumah Sondong Majeruk diobrak abrik hingga porak poranda. Tidak terlalu lama pusaka Keris Rambut Pinutung dan Kuluk Kanigara berhasil direbut oleh Sondong Makerti. SondongMajeruk tidak terima rumahnya diacak-acak maka terjadilah perkelahian yang seru. Perkelahian terus berlanjut. Saling memukul dan kejar mengejar. Keduanya seimbang karena ilmunya setara tunggal seperguruan. Sama-sama trengginas dan sakti sehingga tidak yang ada berani melerai. Sondong Makerti mengatur siasat untuk menjebak Sondong Majeruk. Teringat pesan Sang guru,  Sondong Makerti minta Nyai Wulanjar untuk membantu mengalahkan Sondong Majeruk. Nyai Wulanjar  tidak keberatan.  Strategi mulai diatur. Perkelahian satu lawan satu semakin hari bertambah seru. Tidak ada yang kalah maupun yang menang. Malam hari mulai tiba. Sondong Makerti masuk Desa Jonrro, sembunyi di sebuah warung milik Nyai Wulanjar.  Tak berapa lama Sondong Majeruk menyusul mencari Sondong Makerti. Nyai Wulanjar mengatakan bahwa orang yang sedang dicari tidak ada dan Nyai Wulanjar  dengan  ramah mempersilakan Sondong Majeruk berkenan melepas lelah di rumahnya. Akhirnya, bujukan tersebut dituruti hingga Sondong Majeruk sempat tertidur leiap. Tepat tengah malam Sondong Makerti menyuruh keluar Sondong Majeruk guna melanjutkan perkelahian. Awalnya, perkelahian seimbang. Namun, tidak diduga tenaga Sondong Majeruk mulai menurun hingga dijadikan bulan-bulanan oleh Sondong Makerti. Merasa terdesak akhrmya Sondong Majeruk melarikan diri. Mengetahui lawannya terluka, Sondong Makerti secepat kilat menuju Majasemi menyerahkan pusaka Keris Rambut Pinutung dan Kuluk Kanigara. Pagi harinya masyarakat menjadi geger karena ada mayat tak dikenal di perbatasan Brang Wetan dan Brang Kulon. Keadaan mayat pucat pasi. Dugaan sementara meninggal karena kehabisan darah yang keluar. Yuyurumpung Kemaguhan menolak jika mayat itu adalah warganya.  Sebaliknya Majasemi juga tidak mengakui sebab yang meninggal itu bukan orang Majasemi. Melalui  Ki Sangapadu Nguren yang menangani perkara, akhimya Kemaguhan kalah dan mayat tersebut di bawa Yuyurumpung ke Kemaguhan untuk  makamkan.  Sebenamya Yuyurumpung mengetahui siapa sebenamya yang mati terbunuh  di perbatasan itu.  Tetapi Yuyurumpung berlagak tidak mengerti supaya niat jahatnya tidak terbongkar.